Kamis, 20 Januari 2011

Prosedur Penelitian Teori-Teori Klasik

Berikut ini adalah tugas metodologi penelitian 1 saya, tetapi sudah saya tambah-tambahin sedikit supaya lebih mudah dibaca. Dosen saya Ibu Yunita memberikan tugas untuk mencari prosedur penelitian dari teori-teori klasik psikologi. jadi dalam postingan saya kali ini akan ada beberapa penelitian tentang teori-teori yang sudah sangat terkenal. semoga bermanfaat

Conformity (Normative Influence)
Solomon E. Asch (1956, 1958)

      Asch memodifikasi penelitian Sherif, dengan asumsi bahwa ketika situasi sudah sangat jelas (tidak ambigu), comformity akan secara drastis berkurang. Penelitian ini sangat terkenal dan mudah untuk direplikasi. Jadi kalau Anda mahasiswa psikologi, jangan sampai tidak tau siapa itu Solomon E. Asch dan apa itu teori konformitas.

Berikut prosedur penelitiannya:
  • Subjek ditempatkan pada sebuah ruangan berisikan beberapa orang (yang sebenarnya sekongkol dengan eksperimenter). Jadi ada 3 kelompok dalam ruangan ini; (1) Eksperimenter, (2) Aktor yang bersekongkol, dan (3) Subjek. 
  • Eksperimenter menunjukkan peserta dengan kelompok garis, dan peserta diminta untuk memilih mana yang cocok dengan garis yang telah distandartkan.

  • Peserta yang bersengkongkol tersebut, diberikan instruksi tanpa sepengetahuan subjek. instruksinya ialah memberikan jawaban yang salah sebanyak 12 dari 18 pertanyaan.
  • Hasilnya mengejutkan, 76% peserta menyesuaikan (conformed) paling tidak dalam 1 percobaan. Maksudnya menyesuaikan adalah walaupun Subjek telah mengetahui jawaban yang benar (misalnya menjawab B), tetapi karena Aktor yang lain menjawab A. Jadi Subjek ikut menjawab A. 

Apakah Anda masih bingung? mudah-mudahan tidak. tetapi untuk lebih jelasnya, berikut ada video penelitian yang mereplikasi penelitian Asch dari Youtube.



Asch, S. E. (1955). Opinions and social pressure. Scientific American, 193, 31-35.

Obedience
Stanley Milgram (1963-1974)




  • Ada  tiga orang dalam eksperimen ini: “Experimenter”, “Learner (korban, tetapi hanya pura-pura – bersekongkol dalam penelitian)”, dan  “Teacher (partisipan)”.
  • Experimenter diperankan oleh orang yang keras, tanpa ekspresi, seorang  guru biologi menggunakan mantel teknisi abu-abu.
  • Learner dimainkan orang berdarah amerika-irlandia berumur 47 tahun.
  • Experimenter memberitahukan bahwa penelitian ini tentang memori dan pembelajaran dalam kondisi yang berbeda.
  • Teacher dan learner dipisahkan dalam ruangan yang berbeda tetapi tetap dapat berkomunikasi.
  • Teacher diberikan sebuah sengatan listrik sebagai contoh sengatan listrik yang akan diterima oleh learner selama penelitian berlangsung.
  • Teacher diberikan daftar beberapa pasangan kata yang akan diajarkan kepada learner.
  • Teacher mulai membaca pasangan kata pertamanya dan memberikan empat opsi jawaban.
  • Setiap kesalahan yang dibuat, sengatan yang diberikan (diberi tanda dari 0 hingga 450) harus ditingkatkan sebesar 15 volt. tingkatan dalam mesin ini diberi label SENGATAN RINGAN hingga BAHAYA – SENGATAN KUAT, dan akhirnya , tentu saja XXX.
  • Ketika sengantan diberikan learner (aktor) berpura-pura kesakitan dan mulai mengeluhkan tentang kondisi jantungya.
  • Pada saat ini banyak partisipan (teacher) memutuskan untuk menghentikan penelitian dan memeriksa kondisi learner. Namun mereka menyerah saat experimenter mengatakan ”Experimen ini menuntut Anda untuk melakukan ini”.
  • Beberapa subjek mulai memperlihatkan kondisi-kondisi stres yang ekstrim ketika mendengarkan suara teriakan yang berasal dari learner. Seperti berkeringat, gemetar, ragu-ragu, menggigit lidah, dan mencakar diri mereka sendiri – tetapi mereka tetap mematuhi perintah.
Buat yang masih belum mengerti juga, ini video eksperimennya dari youtube. Selamat menikmati..




Milgram, Stanley (1963). "Behavioral Study of Obedience". Journal of Abnormal and Social Psychology 67: 371–378.
Wade, Carole & Carol Travis. (2007).Psikologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga 286-288



Attachment (Contact Comfort)
Harry F. Harlow (1958, 1966)


  • Harlow membesarkan bayi monyet rhesus dengan dua macam ibu buatan.
  • Ibu pertama disebut “ibu kawat”, dibentuk dari jalinan kawat dan lampu hangat, dan dipasangi putting susu (yang terhubung dengan botol susu).
  • Ibu kedua, “ibu kain” dibuat dari kawat namun pilapisi kain yang lembut dan karet busa.
  • Saat diberikan kejutan (robot yang menakutkan), sang monyet akan cenderung lari ketakutan dan memeluk ”ibu kain” yang  membuat mereka tenang.
Untuk lebih jelasnya, berikut ada video eksperimennya. Gambarnya masih hitam putih loh!!



Wade, Carole & Carol Travis. (2007).Psikologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga 240
http://www.youtube.com/watch?v=02r3u59FRPU

Hmm.. Saya kasih tiga penelitian dulu aja yah. Nanti kapan-kapan saya kasih lagi yang lain. semoga bermanfaat...

Selasa, 04 Januari 2011

Perbedaan IRT dengan CTT

CTT Semakin reliabel apabila semakin banyak jumlah item yang ditempuh.
IRT  Reliabilitas bisa saja didapatkan dengan item yang sedikit, asalkan itemnya berkualitas atau bagus-bagus.

CTT Hasil tes bisa disamakan atau dibandingakan dengan orang lain apabila soalnya paralel (memiliki tingkat kesulitan atau kemudahan yang sama).
IRT  Hasil tes bisa disamakan atau dibandingakan dengan orang lain apabila soanlnya telah di kalibrasi.
untuk menjelaskan apa itu kalibrasi, nanti ada posting-an tersendiri.

CTT Sampel uji coba harus representatif dengan populasi, atau yang biasa kita kenal dengan sample bound.
IRT  Sampel uji coba tidak harus representatif.

CTT Norma-nya hanya bisa untuk membandingkan dengan yang sudah pernah mengikuti tes. kita hanya mengetahui dimana posisi kita bila dibandingkan dengan yang lain. apakah ada diurutan teratas, terbawah, atau rata-rata.
IRT  Dari norma sudah bisa kita memberikan makna bahwa seseorang sudah memiliki kemampuan apa saja, bukan sekedar mengetahui posisi kita.

CTT Masih berupa ordinal, kecuali kalau distribusinya normal bisa jadi interval.
IRT  Sudah berupa interval.

CTT Format item harus sama, apabila formatnya soal pilihan ganda, maka harus berupa pilihan ganda sampai akhir.
IRT Format item bisa berbeda, dengan syarat soalnya telah di kalibrasi.

CTT Apabila terdapat suatu skor di tingkat yang berbeda ( nilai 80 pada kelas X SMA, dengan nilai 80 pada kelas XI SMA), maka skor tersebut tidak bisa dibandingkan.
IRT  bisa dibandingkan.

Item Response Theory

Sebenarnya saya membuat artikel singkat ini disaat saya sedang minggu tenang. Dari pada membuat catatan Psikometri dikertas, mendingan sekalian saja di blog. Ini berisikan sedikit ilmu yang saya punya yang didapatkan dari dekan saya, Jahja Umar, PhD.

Item response theory (IRT) merupakan teori yang menggantikan teori yang lebih dahulu ada, yaitu Classical Test Theory (CTT). Menggantikan disini bukan berarti menyalahkan atau mengatkan bahwa CTT adalah salah. IRT merupakan toeri yang lebih modern, jadi semacam perkembangan dari CTT. Kali ini saya akan membahas IRT secara umumnya saja. dalam IRT terdapat dua buah asumsi dasar, yaitu:

  1. Jika sehimpunan orang yang berbeda-beda kemampuannya menempuh satu butir soal, maka orang yang lebih tinggi kemampuannya akan memiliki peluang yang lebih besar untuk menjawab benar dari pada mereka yang memiliki kemampuan lebih rendah.
  2. Jika satu orang menempuh sehimpunan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda, maka peluang untuk menjawab benar pada soal yang mudah akan lebih tinggi dari pada soal yang lebih sukar.
Menurut Rasch Model (IRT), yang menentukan benar atau salahnya jawaban hanya ada dua hal, yaitu:
  1. Tingkat kemampuan subjek
  2. Tingkat kesukaran atau kemudahan soal
yang lainnya seperti mencontek, sakit, tidak mengerti soal dianggap saja tidak ada. Sangat berbeda dengan CTT yang sangat mementingkan true score. Yang berikutnya saya akan mencoba menerangkan apa itu CTT agar Anda bisa melihat perbedaanya dengan IRT.