Selasa, 22 Mei 2012

Hipotesis mana yang akan diuji saat penelitian? Hipotesis nihil atau alternatif?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, sebaiknya anda mengetahui apa yang dimaksud dengan hipotesis. Hypothesis is a testable statement. Hipotesis merupakan pernyataan yang dapat diuji kebenarannya. Pernyataan diuji dengan menggunakan bantuan statistika. Dengan bantuan statistika, anda dapat menolak atau menerima suatu pernyataan yang disebut hipotesis.
Beberapa dosen di kampus saya mengatakan bahwa hipotesis penelitian itu ialah hipotesis alternatif (ada pengaruh atau hubungan antara X dan Y). Apa ini benar? Sebelumnya mari mengenali apa yang dimaksud dengan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif.
Hipotesis nihil ialah hipotesis yang memprediksi bahwa tidak ada perbedaan (atau pengaruh, hubungan dll) di antara kelompok yang sedang dibandingkan. Sedangkan hipotesis alternatif yang peneliti ingin dukung, yaitu hipotesis yang mengatakan bahwa ada perbedaan (atau pengaruh, hubungan dll) di antara kelompok yang sedang dibandingkan. Seperti namanya, hipotesis ini merupakan alternatif dari hipotesis nihil.
 

Sebagai contoh apabila ada seorang peneliti yang ingin mengetahui apakah ada perbedaan tingkat inteligensi antara anak yang meminum ASI (air susu ibu) dengan anak yang meminum susu formula. Yang akan peneliti lakukan ialah mencari sampel anak-anak dan menanyakan apakah mereka meminum ASI atau susu formula. Setelah itu kita membagi mereka menjadi dua kelompok. Yang terakhir ialah mengukur tingkat intelegensi mereka. Lalu apa hipotesis nihil dan alternatif dari penelitian di atas?
Hipotesis nihil (H0) :
Tidak ada perbedaan tingkat intelegensi antara anak yang minum ASI dengan anak yang minum susu formula.
Artinya minum ASI tidak memiliki pengaruh atau hubungan dengan tingkat intelegensi anak.
Hipotesis alternatif (Ha)
Ada perbedaan tingkat intelegensi antara anak yang minum ASI dengan anak yang minum susu formula
            Artinya minum ASI memiliki pengaruh atau hubungan dengan tingkat intelegensi anak.
Pada contoh di atas, penelitian dilakukan karena peneliti memiliki keyakinan bahwa hipotesis yang mengatakan bahwa ASI memiliki pengaruh terhadap tingkat intelegensi anak (misalnya anak lebih pintar apabila minum ASI) adalah benar, bukan sebaliknya. Tetapi sayang tidak ada metode statistika yang dapat membuktikan hipotesis tersebut. Yang hanya dapat kita lakukan ialah menolak atau menerima hipotesis nihil. Apakah ini benar?
Sebagai contoh, andaikan anda ialah seorang hakim dalam sebuah persidangan pembunuhan. Saksi mata pembunuhan mengatakan bahwa tersangka yang dia lihat di tempat kejadian ialah pria botak, berkulit hitam, dan bertubuh gendut. Saksi tidak dapat melihat wajah pelaku karena kejadian saat itu sangat gelap.

Bayangkan bahwa saat ini ada seseorang yang memiliki ketiga ciri-ciri yang sama persis dalam ingatan saksi. Orang tersebut bernama Budi. Jika anda menggunakan ketiga ciri-ciri tersangka menurut pengakuan saksi, berikut ialah keputusan yang dapat anda pilih jika menggunakan hipotesis alternatif sebagai hipotesis yang akan diuji. Anda dapat menerima atau menolak hipotesis di bawah ini:
Bunyi Ha: Dia adalah pelaku
Ha Diterima
Jika ada orang yang memiliki ciri-ciri botak, berkulit hitam, dan gendut, maka anda dapat menerima hipotesis yang mengatakan bahwa dia adalah pelaku.
Ha Ditolak
Jika ada orang yang tidak memiliki ciri-ciri botak, berkulit hitam, dan gendut, maka anda dapat menolak hipotesis yang mengatakan bahwa dia adalah pelaku.
Ketiga ciri-ciri tersebut memang dimiliki oleh Budi, tetapi apakah sudah pasti Budi yang membunuh korban? Belum tentu! Ada banyak sekali orang di dunia yang memiliki ketiga ciri-ciri di atas. Oleh karena itu sangat sesat apabila kita menguji suatu penelitian menggunakan hipotesis alternatif sebagai hipotesis yang hendak diuji. Karena selalu ada kemungkinan kesalahan dalam penelitian (tingkat signifikansi .05 berarti bahwa ada kemungkinan kesalahan sebesar 5%). Lalu bagaimana dengan hipotesis nihil?
Misalkan ada seseorang yang bernama Anton yang memiliki ciri-ciri gendut, tetapi tidak botak dan tidak berkulit hitam. Ini adalah dua kemungkinan yang akan anda pilih apabila anda menjadi hakim dengan menggunakan hipotesis nihil:
Bunyi H0: Dia adalah bukan pelaku
H0 Diterima
Jika ada orang yang tidak memiliki ciri-ciri botak, berkulit hitam, dan gendut (Anton), maka anda dapat menerima hipotesis yang mengatakan bahwa dia adalah bukan pelaku.
H0 Ditolak
Jika ada orang yang memiliki ciri-ciri botak, berkulit hitam, dan gendut (Budi), maka anda dapat menolak hipotesis yang mengatakan bahwa dia adalah bukan pelaku.
Dengan begini, anda dapat menerima hipotesis nihil dengan mengatakan bahwa Anton bukan pelaku. Jelas Anton tidak dirugikan karena memang dia tidak memiliki ciri-ciri tersebut. Lalu bagaimana dengan nasib Budi apabila menggunakan H0? Dengan menolak H0, berarti anda menolak mengatakan bahwa Budi bukanlah pelaku. Tetapi apakah anda mengatakan bahwa Budi adalah pelaku? Tentu saja tidak! Yang anda lakukan ialah menolak mengatakan bahwa dia bukan pelaku. Jadi ada kesempatan bagi Budi untuk menjadi bukan pelaku apabila menguji H0. Karena ada sangat banyak orang yang memiliki ciri-ciri botak, berkulit hitam, dan gendut. Jadi Budi hanya dapat dikatakan bahwa dia mirip dengan pelaku karena kita tidak dapat menolak ketiga ciri-ciri tersebut.
Begitu juga dalam hal penelitian, hipotesis alternatif tidak dapat kita uji kebenarannya karena selalu ada kemungkinan kesalahan. Saat kita menggunakan level of confidence 95%, tetap ada kemungkinan terjadi kesalahan sebesar 5%. Jadi jawaban dari pertanyaan dari judul di atas ialah hipotesis nihil yang dapat diuji saat melakukan penelitian.
Jadi apabila setelah penjelasan panjang yang telah saya berikan anda tetap ingin menggunakan hipotesis alternatif sebagai hipotesis yang hendak anda uji. Seolah-olah kepala anda mengatakan bahwa hipotesis alternatiflah yang benar. Buang kepala anda!