Sebelum menjawab pertanyaan di atas, sebaiknya anda mengetahui
apa yang dimaksud dengan hipotesis. Hypothesis
is a testable statement. Hipotesis merupakan pernyataan yang dapat diuji
kebenarannya. Pernyataan diuji dengan menggunakan bantuan statistika. Dengan
bantuan statistika, anda dapat menolak atau menerima suatu pernyataan yang
disebut hipotesis.
Beberapa dosen di kampus saya mengatakan bahwa
hipotesis penelitian itu ialah hipotesis alternatif (ada pengaruh atau hubungan
antara X dan Y). Apa ini benar? Sebelumnya mari mengenali apa yang dimaksud
dengan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif.
Hipotesis nihil ialah hipotesis yang memprediksi bahwa tidak ada
perbedaan (atau pengaruh, hubungan dll) di antara kelompok yang sedang
dibandingkan. Sedangkan hipotesis
alternatif yang peneliti ingin dukung, yaitu hipotesis yang mengatakan
bahwa ada perbedaan (atau pengaruh, hubungan dll) di antara kelompok yang
sedang dibandingkan. Seperti namanya, hipotesis ini merupakan alternatif dari
hipotesis nihil.
Sebagai contoh apabila ada seorang peneliti yang ingin
mengetahui apakah ada perbedaan tingkat inteligensi antara anak yang meminum
ASI (air susu ibu) dengan anak yang meminum susu formula. Yang akan peneliti lakukan
ialah mencari sampel anak-anak dan menanyakan apakah mereka meminum ASI atau
susu formula. Setelah itu kita membagi mereka menjadi dua kelompok. Yang
terakhir ialah mengukur tingkat intelegensi mereka. Lalu apa hipotesis nihil
dan alternatif dari penelitian di atas?
Hipotesis nihil (H0)
:
Tidak ada perbedaan tingkat intelegensi antara anak
yang minum ASI dengan anak yang minum susu formula.
Artinya minum ASI tidak memiliki pengaruh atau
hubungan dengan tingkat intelegensi anak.
Hipotesis alternatif (Ha)
Ada perbedaan tingkat intelegensi antara anak yang minum
ASI dengan anak yang minum susu formula
Artinya
minum ASI memiliki pengaruh atau hubungan dengan tingkat intelegensi anak.
Pada contoh di atas, penelitian dilakukan karena
peneliti memiliki keyakinan bahwa hipotesis yang mengatakan bahwa ASI memiliki
pengaruh terhadap tingkat intelegensi anak (misalnya anak lebih pintar apabila
minum ASI) adalah benar, bukan sebaliknya. Tetapi
sayang tidak ada metode statistika yang dapat membuktikan hipotesis tersebut.
Yang hanya dapat kita lakukan ialah menolak atau menerima hipotesis nihil.
Apakah ini benar?
Sebagai contoh, andaikan anda ialah seorang hakim
dalam sebuah persidangan pembunuhan. Saksi mata pembunuhan mengatakan bahwa tersangka
yang dia lihat di tempat kejadian ialah pria botak, berkulit hitam, dan bertubuh
gendut. Saksi tidak dapat melihat wajah pelaku karena kejadian saat itu sangat
gelap.
Bayangkan bahwa saat ini ada seseorang yang memiliki
ketiga ciri-ciri yang sama persis dalam ingatan saksi. Orang tersebut bernama
Budi. Jika anda menggunakan ketiga ciri-ciri tersangka menurut pengakuan saksi,
berikut ialah keputusan yang dapat anda pilih jika menggunakan hipotesis alternatif sebagai hipotesis
yang akan diuji. Anda dapat menerima atau menolak hipotesis di bawah ini:
Bunyi Ha:
Dia adalah pelaku
Ha
Diterima
Jika ada orang yang memiliki ciri-ciri botak,
berkulit hitam, dan gendut, maka anda dapat menerima hipotesis yang mengatakan bahwa dia adalah pelaku.
Ha
Ditolak
Jika ada orang yang tidak memiliki ciri-ciri botak,
berkulit hitam, dan gendut, maka anda dapat menolak hipotesis yang mengatakan bahwa dia adalah pelaku.
Ketiga ciri-ciri tersebut memang dimiliki oleh Budi,
tetapi apakah sudah pasti Budi yang membunuh korban? Belum tentu! Ada banyak
sekali orang di dunia yang memiliki ketiga ciri-ciri di atas. Oleh karena itu
sangat sesat apabila kita menguji suatu penelitian menggunakan hipotesis
alternatif sebagai hipotesis yang hendak diuji. Karena selalu ada kemungkinan
kesalahan dalam penelitian (tingkat signifikansi .05 berarti bahwa ada
kemungkinan kesalahan sebesar 5%). Lalu bagaimana dengan hipotesis nihil?
Misalkan ada seseorang yang bernama Anton yang
memiliki ciri-ciri gendut, tetapi tidak botak dan tidak berkulit hitam. Ini
adalah dua kemungkinan yang akan anda pilih apabila anda menjadi hakim dengan
menggunakan hipotesis nihil:
Bunyi H0:
Dia adalah bukan pelaku
H0 Diterima
Jika ada orang yang tidak memiliki ciri-ciri botak,
berkulit hitam, dan gendut (Anton), maka anda dapat menerima hipotesis yang mengatakan bahwa dia adalah bukan pelaku.
H0
Ditolak
Jika ada orang yang memiliki ciri-ciri botak,
berkulit hitam, dan gendut (Budi), maka anda dapat menolak hipotesis yang mengatakan bahwa dia adalah bukan pelaku.
Dengan begini, anda dapat menerima hipotesis nihil
dengan mengatakan bahwa Anton bukan pelaku. Jelas Anton tidak dirugikan karena
memang dia tidak memiliki ciri-ciri tersebut. Lalu bagaimana dengan nasib Budi
apabila menggunakan H0? Dengan
menolak H0, berarti anda
menolak mengatakan bahwa Budi bukanlah pelaku. Tetapi apakah anda mengatakan
bahwa Budi adalah pelaku? Tentu saja tidak! Yang anda lakukan ialah menolak mengatakan bahwa dia bukan pelaku.
Jadi ada kesempatan bagi Budi untuk menjadi bukan pelaku apabila menguji H0. Karena ada sangat banyak
orang yang memiliki ciri-ciri botak, berkulit hitam, dan gendut. Jadi Budi
hanya dapat dikatakan bahwa dia mirip dengan pelaku karena kita tidak dapat
menolak ketiga ciri-ciri tersebut.
Begitu juga dalam hal penelitian, hipotesis
alternatif tidak dapat kita uji kebenarannya karena selalu ada kemungkinan
kesalahan. Saat kita menggunakan level of
confidence 95%, tetap ada kemungkinan terjadi kesalahan sebesar 5%. Jadi
jawaban dari pertanyaan dari judul di atas ialah hipotesis nihil yang dapat diuji saat melakukan penelitian.
Jadi apabila setelah penjelasan panjang yang telah
saya berikan anda tetap ingin menggunakan hipotesis alternatif sebagai
hipotesis yang hendak anda uji. Seolah-olah kepala anda mengatakan bahwa
hipotesis alternatiflah yang benar. Buang kepala anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar